Sabtu, 19 Februari 2011

PT. VME PROCESS

PT. VME PROCESS Indonesia Batam yard




                                                           ( Sumantri, Material Personel )
                                                  ( Arif Saripudin, Material Controller )

Team Work for Material management

Selasa, 15 Februari 2011




Motivasi Pekerjaan.
Terkadang kita susah untuk berpikir secara profesional, karena terlalu berat  menjalani hidup di dunia ini, dan tidak lain menjalani kehidupan dengan berbagai cara yang kita jalaninya.
Ada pepatah " bekerjalah selagi muda" artinya supaya kelak kita dihari tua tidak susah, tapi pada kenyataannya tidak seperti itu, bahkan mungkin lebih parah dari pada kenyataannya.
Kita sebagai manusia yang hidup dan diciptakan oleh Alloh SWT, hanya untuk berusaha dan bersyukur apa yang telah diberikannya, dan menjalaninya dengan sekemampuan nya. tapi kdang kita lupa pada kodrat dan sebagai hamba yang harus menjalani hidup sebagaimana yang telah diperintahkanNYA.
Manusia memang manusia, tidak luput dari segala dosa dan khilap, bahkan lupa dan hilang akal sehatnya, karena disinilah manusia, dan mengapa manusia harus hidup?
Kita dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tua kita hanya membuat beban mereka, dan sekarang kita sudah besar dan sudah bisa menjalani hidup secara mandiri, dan apakah itu sudah cukup kita jalani, saya rasa belum! mengapa....? karena kita kadang lupa dan gak pernah berpikir kapan kita akan merasakan seperti mereka mengasuh kita dari kecil hingga dewasa. dan kita hanya berfikir yang enak dan gampang saja, tapi nanti kelak kita akan merasakannya. dan bahkan mungkin ebih dari yang pernah orang tua kita rasakan.
Jadi marilah kita berfikir dan merenung dengan kesemua ini, apakah kita akan mengerti dan apakah kita akan siap untuk ngejalanin kehidupan itu.
Disisi lain kita setelah beranjak dewasa dan sudah siap menjalani kehidupan yang mandiri dengan cara bekerja keras dan mencari kehidupan yang baru. bicara soal pekerjaan mungkin banyak penafsiran dan jawaban, mungkin disini semua orang mengerti dan memahami semuanya, kemana akan melangkahkan diri ini untuk supaya bisa bertahan hidup.
Bekerja dan mencari pekerjaan yang pasti dan nyata itulah pedoman dan impian semua manusia. tapi......apakah semua nasib manusia juga akan sama seperti yangkita harapkan?.....!! bermacam-macam ragam dan berbeda keinginan pastinya. terus bagaimana bagi mereka yang kurang beruntung......?
Apakah harus berdiam diri dan mengemis pada semua orang yang mampu? dan berharap sedekah atau rejeki turun dari orang lain.?
Mungkin disini kita sebagai manusia harus berfikir dan bertawakal lalu mengerti dengan iman yang harus kita jalani, karena Alloh SWT tidak akan menyengsarakan umatnya selagi manusia itu masih mau berusaha dan berusah, dan Alloh SWT tidak akan menyengsarakan umatnya kecuali umatnya sendiri yang membuat sengsara sendiri.

Jadi disini sudah jelas, manusia hidup tergantung pada bagaimana manusia itu sendiri.dan berusaha untuk menjalani hidup bisa kita lakukan dengan berbagai cara (yang positif). maka Insya alloh segala kesusahan atau beban hidup tidak akan membuat manusia itu sendiri merasa sengsara. dan jika kita lihat dari hasil usaha, besar atau kecil itu tergantung pada rejeki yang Alloh SWT berikan kepada kita. karena Alloh tidak akan meridhoi amal perbuatan manusia dijalan yang Haram.
Pekerjaan jangan dijadikan suatu hambatan untuk kita menjalani hidup, hanya bagaimana kita melakukan pekerjaan yang bisa untuk bertahan hidup. karena....Jabatan, Posisi, kedudukan bahkan kepercayaan belum tentu semua diridhoi olehNya, dan apakah kita sanggup menjalaninya. memang kita tidak munafik oleh semua itu, tapi kita harus tahu dan ngerti dengan suatau amanah yang sekarang kita jalani.

Bekerja untuk uang, Bekerja untuk hidup, Bekerja untuk beramal dan bahkan Bekerja untuk maksiat.tinggal kita pilih dan kita jalani dengan sekehendak nurani kita masing-masing.
Mungkin kita berasumsi dan berfikir tergantung pada niat dan keinginan masing-masing maka terserah bagaimana kita dan akan menjalaninya, cuman jangan sampai kita duduk di muka bumi ini hanya sekedar kiasan dan tidak ada keinginan untuk menjalankan kehidupan.
Selamat berusaha dan selamat berjuang untuk hidup.

Ketika aku sudah Tua

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu
kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan
mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk
mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang
temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu

Rabu, 05 Januari 2011

* TANTANGAN *

Tantangan akan menggairahkan anda, memberi anda arah, dan membangkitkan
yang terbaik dalam diri anda.  Tantangan akan mendorong anda untuk
mempelajari ketrampilan baru, meraup pengetahuan baru.  Tantangan
memotivasi anda untuk memberi hasil terbaik dari diri anda.
Pernahkah anda perhatikan, saat anda memiliki sedemikian banyak
tugas yang harus dikerjakan, anda justru memiliki lebih banyak
yang selesai dikerjakan.  Dan saat sedikit hal yang perlu dikerjakan,
ternyata lebih sedikit lagi yang selesai dikerjakan. 
Usaha anda meningkat sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Tantangan mendorong hasil.
Tantangan tidak muncul untuk menarik anda ke bawah.  Tantangan ada
untuk mendorong anda ke atas, menghasilkan yang terbaik, mencapai
target.   Memang tantangan itu sulit dan tidak menyenangkan.  Tetapi
hal itulah yang memberikan arti dan nilai.  Kesuksesan terbesar hadir
lewat kebiasaan berurusan dengan serangkaian tantangan.  Bukan dengan menghindari tantangan.
Tolong diri anda sendiri.
Temukan tantangan sejati, anda akan menemukan hidup sejati.

Senin, 15 November 2010

Bila Ajal datang



 
Bila waktu telah memanggil.....Teman sejati hanyalah amal.....Bila waktu telah  terhenti.....Teman sejati tinggallah sepi.....

Ada yang terus mengintaiku, mengikuti gerak langkahku setiap saat, menungguku untuk sebuah pertemuan yang dinanti. Dia selalu mengawasiku setiap waktu. Jika aku berada di depan, maka dia pasti ada di belakangku. Jika aku berada di samping kanan, maka dia berada di samping kiriku. Jika aku di atas , dia pasti ada di bawah. Siapakah gerangan ?
Dialah “Kematian”, “kematian” banyak hal yang melintasi pikiranku saat aku menyebutnya. Semua pasti akan mati, semua pasti akan mengalami sekarat, dan semua yang hidup pasti akan bertemu dengannya tak dapat kusanggah. Saat menjelang kematian dalam kehidupan manusia terdahulu adalah saat yang pasti aku lalui juga.
Demi Alloh, dia pasti akan datang kepadaku. Demi Alloh dia pasti akan menegukku. Sama seperti raja-raja di istana megah itu, seperti pemimpin – pemimpin bangsa di masa lalu. Seperti orang-orang kaya yang setiap harinya kelihatan “bahagia” (jika mereka mati, masihkah “bahagia”?), atau mereka yang fakir yang setiap harinya bergumul dalam penderitaan, atau orang-orang miskin yang terus meratapi segala kekurangannya, atau para hamba sahaya yang tiada sekejappun orang memandangnya. Mereka semua telah merasakan kematian. Mereka semua telah bertemu dengan kematian.
Bila mati, bila manusia mati,maka sudah tak ada lagi yang bisa dibangga-banggakan. Seorang yang cerdik sekalipun, kecerdikannya tak akan bisa melarikan dirinya dari peristiwa kematian. Bila mati, maka semua strategi para ilmuan dan tokoh jenius itu pasti akan patah. Bila mati, semua kekuatan orang-orang yang berkuasa itu akan binasa. Bila mati, bangunan yang tinggi menjulang, istana-istana megah dunia, atau gedung pencakar langit yang kokoh akan runtuh seketika. Kematian juga yang telah meruntuhkan bangunan orang-orang kaya itu.
Suatu kali aku bertanya pada diriku sendiri, bila mati, bagaimana bila aku mati ? Ah … selama ini aku memang tidak tahu kapan dia akan datang bertamu, karena dia tidak pernah membuat janji sebelumnya denganku. Namun, bagaimana kalau dia tanpa diduga tiba-riba datang kepadaku ? Menegukku, membuatku sekarat ? Bagaimana ?
Bila mati, bila aku mati, itu berarti aku harus rela ditinggal sendiri. Ibu, bapak, saudara –saudaraku, mereka semua pergi. Sahabat-sahabat dekat yang selama ini menjadi tempat curahan hati, tetangga-tetangga yang suka mengantarkan makanannya kepadaku, mereka hanya berlalu dan pergi meninggalkanku. Apalagi hasil jerih payahku mengais rezeki hari demi hari sekepingpun tak dapat menolongku lagi. Apa yang terjadi ? Saat itu aku pasti akan sendirian, dalam gelap gulita diselimuti sepi, mencekam, mati.
Bila mati, yang ada dalam gambaranku adalah suatu peristiwa yang amat penting bagi yang hidup. Aku tidak tahu bagaimana rasanya bila nanti seolah olah ada sebuah gunung yang kokoh lagi menjulang tinggi berada di atas dadaku, menahanku, menghilangkan kesempatanku untuk menghirup udara dunia, mungkin jika bisa,  itupun seakan-akan aku bernafas di sebuah lubang jarum. Bernafas di sebuah lubang jarum ? Pergulatan macam apa itu ? Atau seumpama aku sedang dipukuli dengan sebuah dahan pohon yang penuh duri lagi tajam, kemudian duri-duri  itu menancap di semua urat-uratku. Lantas, lantas dahan tersebut ditarik, sehingga setiap urat dalam tubuhku juga ikut tertarik, menyisakan kepedihan dan sakit yang luar biasa. Demi Alloh, apakah nanti lebih perih dari yang sekedar aku bayangkan ?
Bila mati, bila aku mati, maka akan ada sesuatu yang menampakkan wajahnya padaku. Dialah Izroil, Sang Malaikat Maut yang akan turun dari penjuru langit untuk menjemputku. Namun, apakah nanti dia akan menampakkan rupanya dengan wajah penuh keramahan dan kehangatan ataukah sebaliknya ? Bisa jadi nanti dia datang dengan wajah garang tanpa belas kasihan. Bagaimana nanti ? Ketika dadaku menyempit, nafasku tersengal-sengal, sampai ke tenggorokan, tubuhku kaku sulit digerakkan. Saat itulah dia menunaikan tugasnya, memisahkan ruh dan jasadku. Menuntaskan episode akhir dari sebuah perjalanan hidupku di dunia ini. Itu pasti akan terjadi, nanti, bila aku mati.
Kemudian, bila mati, bila aku mati, orang-orang akan membaringkanku, memandikanku, menyolatiku, mengafani tubuhku yang kaku, menggotongku dan menimbunkanku di dalam sebuah ruang sempit, gelap, senyap dan sunyi. Detik-detik saat aku dibaringkan dalam liang kubur itulah yang akan menjadi awal babak baruku menuju fase berikutnya setelah kematian, yakni mengarungi alam kubur. Tak ada pagi, siang ataupun malam hari, karena semuanya sama jika sudah masuk ke dalam, terpendam berkalang tanah. Oh .. adakah tempat yang lebih jauh dari tempat itu ? Adakah ? Adakah tempat yang lebih sunyi ? Adakah ? Gelapkah, pasti tidak ada kegelapan yang lebih gelap dari tempat itu. Semua kelezatan yang pernah aku rasakan ketika aku hidup, mungkinkah akan berganti menjadi rasa pahit yang luar biasa ?
Siapa yang akan peduli jika aku tercekam ketakutan  ? Siapa ? Gelap… gelap… Adakah cahaya… adakah ? Siapa yang akan memberikan aku cahaya untuk menerangi kegelapanku di sana ? Siapa? Tiadakah aku punya sesuatu yang berarti? Apakah amalku, amalku yang sedikit tersisa  nanti akan mampu menolongku, menemani dalam kesendirianku di sana ?
Bila mati, bila aku mati, oh… aku ini memang bukan seorang ‘alim yang pasti airmatanya meleleh jika membayangkan malam pertama di dalam kubur, bukan pula seorang ahli hikmah yang mengeluhkan pedihnya dijerat kematian, atau seorang penyair yang menerjemahkan tangisannya dalam bait-bait kematian penggugah keharuan. Aku hanya manusia biasa, terlalu biasa untuk mengingat kematian. Aku masih tenggelam dalam carut marut dunia yang aslinya fana ini. Terlalu sedikit waktuku untuk mengingatnya, apakah memang waktunya yang sedikit ataukah dunia ini yang membuatku sedikit untuk mengingatnya ?
Mati, bila mati, bila aku mati, saat ini aku memang belum mati. Tapi seharusnya aku tidak boleh takut mati. Karena, setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Semestinya aku harus mengingatnya setiap hari, berbenah diri, memelihara waktuku, usia kehidupanku sekarang dan melakukan persiapan yang baik untuk kedatangannya. Ah… dia memang tidak pernah membuat janji padaku sebelumnya. Namun, mungkin saja dia akan datang pada saat-saat dimana aku tidak menduga sama sekali.
Dia masih memperhatikanku…
Terus mengintaiku……
Mengawasi gerak-gerikku ……
Menungguku……
Untuk sebuah waktu yang telah ditentukan………
“Ya Alloh, Yang Maha Mematikan, perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan tempat hidupku, perbaikilah akhiratku  yang merupakan tempat kembaliku. Dan jadikanlah kehidupanku sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikan “KEMATIANKU” sebagai istirahatku dari segala keburukan.
“Allohumma a’inni ‘ala sakarootil mauuut…..Allohumma hawwin ‘alayya sakarootil mauuut…..Laa ilaha illalloh  inna lilmauti la sakarooti…..”
 “Ya Alloh bantulah aku dalam menghadapi sakaratul mautYa Alloh, mudahkanlah sakaratul maut padaku.Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan AllohSesungguhnya kematian itu memiliki saat – saat sekarat”